Thursday, July 31, 2014

Halal Fest; Festival Makanan Halal Pertama dan Terbesar di California, AS


Jawa Pos, 25 Agustus 2013

Sebuah festival makanan halal yang diklaim sebagai yang terbesar di AS baru saja berlangsung pekan lalu. Jumlah pengunjungnya membeludak. Kiprah warga Indonesia pun turut mewarnai festival yang bersejarah tersebut.
KAWASAN
Bay Area San Francisco merupakan “rumah” bagi sekitar 300 ribu umat muslim. Bay Area, demikian kawasan ini biasa disebut, meliputi kota-kota di sekitar Teluk San Francisco yang terletak di bagian barat negara bagian California, AS. Kota besar di sana di antaranya San Francisco sendiri, Oakland, dan San Jose. Kawasan ini terkenal karena keindahan alam, kewirausahaan, serta masyarakatnya yang memiliki pemikiran progresif dan multikultural.
Pada Sabtu (17/8) pekan lalu, atau Minggu WIB, kawasan ini mencatatkan sejarah dengan menggelar sebuah festival makanan halal yang pertama di California. Namanya Halal Fest. Kegiatan berlangsung di lahan parkir sebuah pusat perbelanjaan NewPark Mall di Kota Newark, sekitar 45 menit ke arah tenggara dari San Francisco. Acara ini mendapatkan sambutan yang luar biasa.
’’Kami mengharapkan sekitar 2 dua ribu orang akan hadir dalam acara yang sekaligus untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri ini,’’ tutur Irfan Rydhan, 38, salah seorang tokoh sentral dalam panitia Halal Fest ini, seperti dikutip media lokal beberapa hari sebelum acara. Jumlah pengunjung yang hadir pada hari H ternyata lima kali lipat dari perkiraan awal. Hanya berlangsung selama 6,5 jam, mulai pukul 12.30 hingga 19.00, jumlah pengunjungnya mencapai 10 ribu orang. Tidak hanya umat muslim, tapi juga nonmuslim.
Antrian panjang terlihat di mana-mana. Hampir semua gerai makanan dan minuman dibanjiri calon pembeli. Penulis, misalnya, harus rela antri berdiri selama hampir dua jam hanya untuk mendapatkan satu porsi Nasi Biryani, makanan khas negara-negara Asia Selatan, yang dibanderol seharga USD 5 (sekitar Rp 55 ribu). Itu pun merupakan porsi terakhir yang dimiliki oleh si penjual. Calon pembeli di belakang penulis pun tak kebagian.
Banyak pengunjung yang harus balik badan dengan tangan hampa meski sudah antre berjam-jam di bawah teriknya matahari. Mereka akhirnya terpaksa membeli makanan di pusat perbelanjaan yang lokasinya tidak jauh dari lokasi acara. Atau, ke restoran halal di kota lain yang terdekat, seperti di Fremont dan San Jose. Maklum saja, dua jam sebelum acara usai, beberapa gerai sudah mulai kehabisan stok makanan.
Sampai-sampai ada yang mengistilahkan: pihak panitia menjadi korban dari kesuksesannya sendiri. Ada juga yang bercanda menyebut antrean panjang itu sekaligus latihan mereka untuk persiapan ibadah haji ke tanah suci Mekkah. Pihak panitia, melalui Irfan Rydhan, secara terbuka meminta maaf atas ketidaknyamanan para pengunjung karena antrean yang begitu panjang dan kehabisan makanan.
Jumlah pengunjung yang membanjir tersebut membuat kelabakan pihak penjual makanan dan minuman. ’’Kami tidak menyangka jumlah pengunjungnya akan sebanyak ini. Stok makanan yang kami bawa tidak sebanding dengan jumlah pengunjung,’’ tutur Ray, salah seorang kru Padi Restaurant & Catering, yang berjualan di lokasi acara.
Pihak panitia juga terpaksa mencetak token tambahan untuk memenuhi kebutuhan calon pembeli. Semua transaksi di Halal Fest dilakukan dengan menggunakan token pecahan USD 1 (sekitar Rp 11 ribu) dan USD 5 (Rp 55 ribu). Tidak boleh menggunakan uang tunai. Pengunjung dapat membeli token tersebut secara online sebelum acara, atau langsung di lokasi acara pada hari H di beberapa titik yang telah ditentukan panitia.
Token tersebut berupa kepingan seperti uang logam yang terbuat dari bahan plastik. Token merah untuk kupon pecahan USD 1, sedangkan warna emas untuk pecahan USD 5. Jika butuh ’’uang’’ kembalian ketika bertransaksi, pemilik gerai memberikan “uang” kembalian dalam bentuk token juga sesuai nominal yang tertera. Karena jumlah pengunjung membeludak, token tambahan dibuat berupa kupon-kupon. Bukan lagi berupa kepingan.   
Berbagai menu ditawarkan oleh para penjual di arena Halal Fest. Tinggal pilih: mau menu khas dari negara-negara Muslim, atau makanan gaya Amerika dan Meksiko yang berbahan baku halal juga tersaji di sana seperti burger, donut, cupcake, pai, hotdog, burrito, tacos, maupun daging asap serta daging bakar. Ada sekitar 18 gerai makanan dan minuman yang berjualan di sana. Mereka menempati tenda-tenda putih berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter yang disediakan panitia. Ada juga yang berupa food truck, di mana mereka berjualan langsung dari truk milik mereka yang diubah menjadi semacam toko.
Panitia mendirikan kurang lebih 50 tenda di area festival. Selain makanan dan minuman, beberapa tenda dipakai untuk berjualan baju-baju muslim, kaligrafi di atas kertas papirus dari Mesir, maupun untuk gerai lembaga-lembaga nonprofit maupun lembaga pendidikan yang dimotori umat muslim di AS. Sebagai arena rekreasi keluarga di akhir pekan, panitia Halal Fest juga menyediakan arena bermain bagi anak-anak dan panggung hiburan yang menampilkan lagu-lagu religius.
’’Saya mendapatkan ide penyelenggaraan event ini ketika saya berkunjung ke Kota New York beberapa bulan lalu. Saya melihat banyak food truck dan gerai yang menjual makanan halal,’’ ungkap Irfan. ’’Lalu saya berpikir, kenapa kita tidak melakukannya di sini (di California, Red.),’’ lanjut pria yang menyebut dirinya sebagai pemburu makanan halal tersebut. Irfan banyak memberikan ulasan tentang makanan halal di berbagai media daring.
Festival makanan halal ini juga diilhami kegiatan serupa di Kota New Brunswick, negara bagian New Jersey, pada bulan November tahun lalu. Kegiatan itu disebut-sebut sebagai festival makanan halal yang pertama di AS. Waktu itu, ada sekitar 20 penjual yang berpartisipasi. Acaranya berlangsung di dalam ruangan. Tidak di luar ruangan seperti di California. Pengunjung yang hadir “hanya” sekitar 3 ribu orang. Jauh di bawah jumlah pengunjung Halal Fest di California akhir pekan lalu. Yang sama: mereka sama-sama kehabisan stok makanan!
’’Kami tidak menyangka banyak orang yang tertarik untuk menikmati makanan halal. Jumlah pengunjungnya juga selalu di luar perkiraan,’’ kata Sameer Sarmast, salah seorang penggagas festival makanan halal pertama di AS. Sameer merupakan pembawa acara Sammer’s Eats, sebuah tayangan berbasis web yang populer di kalangan umat muslim di AS. Website ini menayangkan berbagai kisah Sameer dalam berburu tempat makanan halal dan layak direkomendasikan (recommended) di AS.
Halal Fest di Newark diklaim Rydhan sebagai event terbesar umat muslim di AS setidaknya dalam satu dekade terakhir. ’’Dan, ini merupakan pertama kalinya di AS bahwa sebuah festival makanan halal digabung dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri,’’ papar pria yang sehari-hari berprofesi sebagai arsitek tersebut. Dia sangat berharap kegiatan serupa dapat terlaksana lagi tahun depan dengan kualitas penyelenggaraan yang lebih baik.     
Kegemaran Rydhan berburu makanan halal tak lepas dari keyakinan dirinya bahwa terdapat manfaat spiritual dari jenis makanan tersebut. ’’Jika Anda memasukkan sesuatu yang baik ke dalam tubuh Anda, maka hal-hal yang baik akan terjadi pada hidup Anda,’’ tegasnya.
Partisipasi Warga Indonesia
Salah satu gerai yang paling banyak diserbu pengunjung arena Halal Fest adalah Padi Restaurant & Catering yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Jimmy Sujanto. Makanan yang dijualnya sudah ludes dua jam sebelum acara berakhir. Gerai milik Jimmy menjual sate, tempe goreng, nasi rames, rendang, kare ayam, dan kue tart nenas. Jimmy berpartisipasi karena mendapatkan undangan dari pihak panitia.
Jimmy memulai usaha di Bay Area sejak sekitar dua tahun lalu. Pria asal Palembang ini mengawalinya dengan membuka usaha katering, sebelum akhirnya membuka restoran beberapa bulan lalu di San Leandro dan disusul restoran keduanya di Berkeley di mana banyak orang Indonesia yang kuliah di University of California. Tulisan halal terpampang di jendela kaca restorannya di Berkeley.
’’Kalau ada acara dan membutuhkan katering, silakan menghubungi kami. Kami siap mengantarkannnya sampai ke lokasi acara,’’ kata Jimmy sambil menyodorkan kartu namanya kepada penulis. Salah satu menu andalan di restorannya adalah Ayam Penyet dan Sambal Balado yang level pedasnya khas Indonesia.
Pengalaman Jimmy di bidang kuliner cukup panjang, sudah sekitar 31 tahun. Sebelum memulai usaha restorannya sendiri, dia pernah menangani beberapa restoran di kota-kota lain seperti di New York, New Jersey, Jakarta, dan Bali. Dia menjadi personnel chef di WWOR TV New Jersey sejak 1986 hingga 1993, yang melayani semua staf dan bintang tamu stasiun televisi tersebut, salah satunya adalah mantan Presiden AS Bill Clinton.
Partisipasi warga Indonesia juga mewarnai panggung hiburan Halal Fest. Grup Shalawat Nasheed, yang terdiri dari 12 personil, mendapatkan dua kali sesi penampilan. Mereka menyanyikan lagu-lagu religius dengan diiringi satu gitar dan satu rebana. Grup ini beranggotakan para keluarga dari kelompok pengajian warga Indonesia di kawasan Bay Area.   
Tidak hanya itu, di arena Halal Fest penulis juga bertemu dengan Lisa Colvig-Amir, warga lokal yang menikah dengan orang Indonesia. Di sana, dia berjualan barang kerajinan dan suvenir khas Bali.
’’Suamiku Wong Jowo,’’ ungkap Lisa dengan menggunakan bahasa Indonesia yang fasih. Dia pernah kuliah di IKIP (sekarang bernama Universitas Negeri Malang) Malang pada 1995-1999. ’’Saya dulu tinggal di Sengkaling,’’ paparnya. Suami Lisa berasal dari Surabaya dan kuliah di Universitas Brawijaya Malang. Selama di AS, Lisa mengaku aktif dalam kelompok arisan warga Indonesia yang tinggal di Bay Area.
Hidup di kota dingin Malang selama lima tahun tampaknya cukup berkesan bagi dirinya. Ketika penulis hendak beranjak meninggalkan gerai miliknya, Lisa sempat-sempatnya meneriakkan “Hidup Arema…,’’ ucapnya sambil dia mengepalkan tangan kanannya dan tersenyum. Lisa sepertinya merasakan betul kegilaan publik Malang terhadap sepak bola. (*)

No comments:

Post a Comment